Feature Sport Articles

Wisnu Nova Wistowo

Journalist
SEO Writer
SEO Content Manager
Microsoft Office 365
Kompas Gramedia
St. James Park Stadium
St. James Park Stadium
Akusisi Newcastle Jadi Upaya Perbaiki Citra Global Sang Pangeran
Oleh: Wisnu Nova
Pangeran Salman, melalui konsorsium Arab Saudi dalam waktu dekat akan membeli mayoritas saham Newcastle. Tidak tanggung-tanggung ia siap menggelontorkan biaya pembelian 80 persen saham senilai 300 juta pound atau sekitar 5,8 triliun rupiah.
Langkah itu menjadi akusisi terbesar dalam sejarah persepakbolaan Inggris. PCP Captial Partners, Amanda Staveley, dan raja properti Inggris, Rueben bersaudara, Simon dan David, akan memiliki 20% sisa saham.
Kepala Pendanaan Investasi Publik (PIF) Arab Saudi, Yasir Al- Rumayyah, disebut-sebut akan menjadi perwakilan Pangeran Salman sebagai presiden baru Newcastle. Konsorsium tersebut diketahui sudah memberikan uang muka sebesar 17 juta pound.
Banderol 300 juta pound jelas tidak sebanding dengan jumlah kekayaan yang dimiliki Pangeran Salman. Ia diperkirakan memiliki kekayaan sebesar 230 miliar pound. Namun, di balik akusisi tersebut disinyalir ada upaya lain, yakni menghapus citra buruk sang putra mahkota.
Organisasi penegakan Hak Asasi Manusia (HAM), Amnesty International, mengklaim bahwa akusisi Newcastle United merupakan upaya Mohammed bin Salman memperbaiki citra global. Terlebih karena pembelian saham mayoritas itu terjadi di tengah krisis pandemi virus corona.
Direktur Amnesty Inggris, Kate Allen, mendesak Premier League untuk kembali mempertimbangkan secara serius terutama dari sisi kasus HAM yang membunuh jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2018.
"Krisis virus corona sudah membuat sepak bola memperlakukan pemain dan staf secara sederajat. Sekarang, ada bahaya pandemi ini berpotensi mengaburkan perlunya keputusan tegas, jujur, dan benar- benar etis mengenai akusisi Newcastle," kata Allen dikutip dari Amnesty.org.uk.
"Semua bisnis harus melindungi diri dari kemungkinan kaitan pelanggaran hak asasi manusia termasuk sepak bola. Premier League harus melihat secara serius hak asasi manusia di Arab Saudi dan risiko terjadi upaya cuci tangan dari catatan hak asasi mereka yang buruk," ujarnya.
"Ini lebih dari sekedar transaksi finansial, tetapi latihan membangun citra memanfaatkan prestise Premier League dan gairah fan Newcastle United," tambahnya.

Kasus HAM Jamal Khashoggi

Pembunuhan Khashoggi menjadi isu global pada Oktober 2018. Pria yang saat itu berusia 59 tahun diketahui sebagai jurnalis yang kerap mengkritik keras roda pemerintahan Arab Saudi. Keberanian tersebut membuatnya diasingkan dan memaksanya tinggal di Washington, Amerika Serikat (AS) selama lebih dari satu tahun. Namun, ia terus mengkritik keras lewat tulisan kolom di Washington Post.
Pada 2 Oktober 2018, ketika tengah mengurus dokumen pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz, di konsulat Arab di Istanbul, Turki, namun ia tidak pernah keluar dari konsulat tersebut. PBB dan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) menemukan sejumlah bukti bahwa Khashoggi dibunuh dengan cara dimutilasi dan tubuhnya dihancurkan dengan menggunakan cairan asam.
Pembunuhan secara profesional itu membuat kasus semakin mengerucut dan memunculkan 11 tersangka profesional. Termasuk intelijen dan dokter spesialis Arab, serta penasihat utama Pangeran Mohammed bin Salman, Saud Al-Qahtani. PBB pun menduga kuat adanya keterlibatan sang putra mahkota Arab Saudi itu. Namun, penolakan keras Arab menyerahkan kasus ini ke tingkat internasional dianggap ada upaya menutup-nutupi.

Desakan Hatice Cengiz

Tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, berusaha mendesak Premier League untuk menggugurkan usaha Pangeran Salman membeli Newcastle. Lewat pengacaranya, ia menduga langkah tersebut sebagai upaya menghapus citra Mohammed bin Salman sebagai pelanggar HAM.
Seperti dilansir dari Guardian, Rabu (29/4), Cengiz meyakini bahwa otoritas Liga Inggris tidak akan menyetujui upaya transparan pemulihan nama melalui olahraga. Dalam hal ini pembelian saham The Magpies. Melalui pengacaranya, Rodney Dixon, Cengiz melayangkan surat desakan yang ditujukan kepada CEO Premier League, Richard Masters.
Berikut isi surat tunangan Jamal Khashoggi tersebut: "Nona Cengiz mendesak Anda dan anggota dewan Premier League untuk mengambil semua langkah yang dibutuhkan untuk mencegah pengambilalihan ini. Tidak diragukan lagi itu adalah tindakan tepat dan sah buat Anda serta Premier League untuk secara khusus mengingat pembunuhan kejam terhadap tunangan nona Cengiz.
"Seharusnya tidak ada tempat di Premier League dan sepak bola Inggris bagi siapa pun yang terlibat dalam tindakan seperti itu. Citra Liga Inggris akan ternoda karena adanya koneksi dengan kejahatan paling mengerikan yang terjadi dan berusaha menghapusnya. Terutama dengan cara memperbaiki citra dan menyembunyikan pelanggaran mereka menggunakan sepak bola Inggris."
Partner With Wisnu Nova
View Services

More Projects by Wisnu Nova